Assalamu Alaikum Wr.Wb.....

Jumat, 17 Juni 2011

"Bayam" Sehat ala Popeye.....

Jika Anda pernah merasa kelelahan dan mengantuk usai makan, mungkin ada yang salah dengan menu Anda tersebut. Supaya hal tersebut tidak lagi mengganggu produktivitas Anda, pilihlah menu makanan yang melepas energinya secara peralahan, sehingga memberikan energi untuk menjalani hari yang lebih lama.

Mengasup makanan yang tepat sangat penting, terutama ketika Anda seringkali merasa kelelahan akibat stres dan gaya hidup yang supersibuk. Rasa lelah yang berulang akan menjadi kronis dan membuat Anda rentan penyakit jika tak segera ditangani. Salah satu bahan makanan yang bisa Anda pilih untuk melawan kelelahan tersebut adalah bayam.

Popeye and Spinach

Ya, bayam, makanan yang membuat  tokoh kartun Popeye menjadi kuat. Bayam kaya akan nutrisi yang penting untuk melawan kelelahan dan membantu tubuh berenergi pada puncaknya. Bayam merupakan makanan yang paling kaya kandungan zat besi, magnesium, dan potasium. Selain itu juga merupakan sumber utama vitamin B yang meningkatkan tenaga.
Zat besi memiliki peran yang langsung dan penting untuk melawan kelelahan. Zat ini juga dikenal sebagai pendongkrak energi, membantu mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh, dan membantu tubuh untuk beraktivitas secara optimal. Tanpa oksigen yang cukup, sel tubuh kita melambat dan bahkan bisa berhenti bekerja.

Zat besi yang rendah bisa menyebabkan kelelahan mental, juga anemia. Gejala anemia termasuk; kelelahan, kekurangan energi, lemah, sulit berkonsentrasi, apatis, insomnia, dan kehilangan nafsu makan. Bayam dan sayuran berdaun hijau lainnya menawarkan zat besi yang tinggi, namun dengan kalori yang rendah. Bayam juga merupakan sumber vitamin C, yang tak hanya baik untuk kesehatan, tapi juga berfungsi untuk penyerapan zat besi. 

Jika memungkinkan, masukkan bayam di dalam menu bersantap Anda sesering mungkin. Cobalah untuk memasukkan bahan makanan ini ke dalam menu harian Anda sebisa mungkin, misal, bayam yang dikukus disajikan bersama telur di pagi hari, masukkan bayam di dalam sandwich, atau sebagai lauk untuk makan siang, dibuat sup di malam hari, dan sebagainya. 
Bayam Lokal
Bayam berasal dari Amerika dan Selandia Baru. Di Eropa dan Australia, awalnya bayam adalah tanaman hias. Baru ditahun 1960-an penduduk Australia mulai melirik bayam sebagai bahan makanan.
Dua jenis bayam yang dikenal di Indonesia adalah bayam cabut/bayam sekul/bayam putih dan bayam tahun/bayam skop/bayam kakap. Bayam cabut disukai karena enak, lunak, memberikan rasa dingin di perut, dan melancarkan pembuangan kotoran. Bayam tahun memiliki ciri utama daun lebar.

Jenis bayam yang kini mulai dikenal adalah spinacia, yang hanya dimakan daunnya. Contoh spinacia adalah bayam Jepang atau lebih dikenal dengan sebutan "horenso." Bayam ini kini dapat ditemukan di berbagai supermarket di Indonesia. Pembudidayaan bayam ini umumnya dilakukan secara organik.
Bayam Jepang

Seperti bayam umumnya, bayam Jepang kaya zat gizi. Zat gizi yang terkandung pada bayam adalah vitamin dan mineral. Vitamin yang banyak terkandung dalam bayam Jepang adalah vitamin K, A, C, B1, B2, B6, asam folat, dan vitamin E. Secangkir bayam rebus merupakan sumber mineral mangan, magnesium, besi, kalsium, kalium, tembaga, fosfor, dan seng.Bayam merupakan sumber vitamin K yang baik. Vitamin ini berperan besar dalam pengaktifan banyak jenis protein yang terlibat dalam proses pembekuan darah. 



Vitamin K juga turut berperan dalam banyak proses yang terjadi pada tubuh.Riset-riset terbaru menunjukkan vitamin K berperan sebagai antipenuaan yang lebih efektif dibandingkan dengan vitamin E. Vitamin K juga berperan dalam mencegah penyakit jantung dan stroke, karena dapat mengurangi pengerasan pembuluh darah oleh timbunan plak kalsium.


Bayam Hijau dan Bayam Merah
Beberapa penelitian juga menunjukkan vitamin K dapat bertindak sebagai racun dalam sel-sel kanker, tetapi tidak membahayakan sel-sel yang sehat. Fungsi lain yang turut dilaporkan adalah dalam mencegah penyakit alzheimer, pengontrolan kadar gula darah, serta mencegah sitokin, pembawa pesan yang berperan dalam menyebabkan pembengkakan pada sambungan tulang saat penuaan terjadi. 


Sayuran ini juga merupakan sumber vitamin A yang sangat baik. Selain berguna untuk organ penglihatan di malam hari, vitamin A juga bermanfaat untuk kekebalan tubuh, pembentukan serta pemeliharaan sel-sel kulit, saluran pencernaan, dan selaput kulit. 


Bayam merupakan sumber zat besi yang baik, sehingga diperlukan oleh wanita, terutama pada saat menstruasi untuk mengganti darah yang hilang. Zat besi merupakan komponen yang penting dalam hemoglobin. Bagi anak-anak di masa pertumbuhan bayam sangat baik, apalagi yang menderita anemia


Menu Bayam
Hal-hal yang perlu diketahui tentang bayam :
1. Hati-hati Memasak Bayam.
Bayam mengandung zat besi, tetapi bila salah dalam memasak, zat-zat yang ada di dalam bayam bisa berubah menjadi zat beracun. Agar terhindar dari racun, Jangan dipanaskan ulang. Bayam banyak mengandung zat besi atau senyawa ferro (Fe2+) yang baik bagi tubuh. Namun, jika dipanaskan ulang, akan terjadi proses oksidasi pada sayur bayam. Oksidasi adalah proses pengikatan oksigen. Maka Fe2+ akan berubah menjadi Fe3+ atau senyawa ferri yang beracun bagi tubuh.
2. Segera dimakan
Selain mengandung besi, bayam juga mengandung nitrat (NO3). Tetapi jika terlalu lama bersentuhan dengan udara, akan berubah menjadi nitrit (NO2) yang bersifat senyawa tidak berwarna, tidak berbau, dan yang lagi-lagi beracun. Maka, sayur bayam harus segera dimakan begitu matang. Sayur bayam yang sudah dimasak lebih dari lima jam jangan dimakan lagi.
3. Pilih bayam segar
Bayam segar yang baru dicabut dari persemaiannya mengandung senyawa nitrit kira-kira sebanyak 5 mg per kg. Bila bayam disimpan di lemari es selama dua minggu, kadar nitrit akan meningkat sampai 300 mg per kg. Dengan kata lain, dalam 1 hari penyimpanan, senyawa nitrit akan sebesar 7 persen.
4. Gunakan panci ”stainless steel”
Jangan memasak bayam di panci besi/aluminium karena senyawa ferro tadi akan bereaksi dengan bahan panci besi atau aluminium.


Sumber :
- Tethy Ezokanzo Penulis Lepas, Tinggal di Bandung
-  Prof.Dr.Made Astawan, Ahli Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar